Terima kasih sudah memasang link dibawah ini sebagai sumbernya Read more: http://denisaremania.blogspot.com/
RSS

Setetes Embun

Kokok
sijago tetangga baru saja membangun aku dari lamunan panjang
terindahku, sore ini mendung tapi terkesan romantis dan redup. Novel
“Ayat-ayat Cinta” masih tersisa beberapa halaman. Ya. sudah dua
sore ini aku menghabiskan waktu diteras ini menelusuri novel cinta
Islami yang luar biasa ini. Aku tidak pernah menyangka masih ada anak
negeri ini yang mampu menghasilkan karya sastra seindah novel
’Ayat-ayat cinta’.

“Baca
deh, kamu pasti suka,” dengan cueknya Ira memasukkan novel tebal
itu ke dalam tasku sehabis kuliah dua hari lalu. Padahal Ira hapal
benar kalo aku tidak suka membaca roman picisan novel-novel cinta.
Aku lebih suka baca komik Sinchan ketimbang baca novel, apalagi
novel cinta. “Cengeng.” kataku.

Sehabis
mandi sore aku iseng mengambil novel itu dari tasku. Dari sampulnya
dapat ditebak kalo novel itu hanya cocok untuk anak Rohis. Ya Ira
memang aktivitis perempuan muslimah kampusku. Tak ada niat untuk
membuka lembaran isinya, aku langsung saja membaca komentar para
pembaca disampul belakang novel itu. Satu persatu komentar itu aku
baca. Aku jadi penasaran bagaimana para sastrawan, ilmuwan, dan
tokoh-tokoh intelektual berkomentar dengan luar biasa menyanjung isi
novel ini. Aku seakan tak percaya.

Ketidakpercayaan
itulah mendorong aku menelusuri halaman demi halaman novel itu.
Sampailah sore ini tersisa tidak kurang sepuluh halaman lagi. Sudah
dua hari ini hidupku benar-benar masuk dan terbuai alunan nada cinta
dan kehidupan cerita novel ini.

Aku
ingat kejadian kemaren siang, ketika aku pulang dari kampus. Sambil
mendengarkan alunan musik dari tape mobilku aku terhanyut dalam
lamunan panjang nan indah “Masih adalah cowok seperti Fahri di
dunia ini?’ pertanyaan itu menghantui pikiranku. Fahri pemeran
utama novel itu. Ya ia adalah sosok yang penuh wibawa, pekerja keras,
bertanggung jawab, kuat menjalankan ibadah, memiliki visi yang jauh
kedepan. Perjuangan hidupnya di tanah Arab sana membuat aku kagum
luar biasa. Ialah mungkin cowok impian yang dinanti jutaan bidadari
di surga Firdaus.

Untung
jalanan kota ini masih sepi, jika tidak mungkin pertanyaan itu
pastilah telah mengirimku ke rumah sakit atau lebih parah lagi ke
kuburan.

“Fahri,Fahri…..”gumamku
sambil tersenyum setelah menyerahkan uang tilang ke pak polisi yang
menilangku karena di luar sadarku ternyata aku telah melabrak lampu
merah perempatan jalan. Ya sekedar menyumbang tuk pengemis jalanan
berseragam.

Masih
adakah sosok Fahri di dunia ini? Andai ia nyata, jangankan ke Mesir,
ke kutup mana pun akan kucari. Aku yakin Fahri telah menjadi jiwa
yang langka di dunia ini. Bagaimana dengan Anto? Bayu? Deden? Atau
Mahdy? Waw…. Jauh bangat bo’. Lima ratus kali liputnya
cowok-cowok itu belum tentu bisa mendingi sosok Fahri.



Apa
lagi Bayu. Ya, nama itu telah menorehkan catatan sejarah terburuk
dalam hidupku. Kalau lah bisa, aku akan menghapus empat hurup itu
dari jajaran abjad yang ada agar aku dan siapa pun tak lagi
menegucapkan nama itu.

“Cici
sayang, aku mencintaimu dengan segenap jiwaku”, begitulah ungkapan
cinta Bayu waktu itu. Kami masih remaja ingusan kelas dua SMA. Aku
sangat mencintai Bayu, kami menjalani kasih dan memadu asmara seperti
ABG-ABG lainnya. Wajah dan senyum Bayu mengiringi denyut nadi dan
hembusan nafasku. Dunia seakan kiamat bila kami tak bertemu barang
sehari saja.

Bulan
demi bulan berlalu akhirnya kami naik kelas tiga, alunan cinta kami
milai di hiasi dengan nada-nada maksiat cinta; pegangan tangan,
pelukan, bahkan kami mulai berani belajar ciuman. Aku jadi malu bila
ingat bagaimana Fahri dan Aisya menjalin asmara. Jangankan untuk
memegang tangan wanita yang bukan muhrimnya, melihat fotonya saja ia
tidak berani. “Menghindari dosa” katanya. Maha Besar Allah. Fahri
dan Aisya benar-benar telah memberi tontonan dan tuntunan bagaimana
seharusnya remaja muslim menjalani hubungan asmara. Tidak ada
larangan untuk mencintai lawan jenismu, tapi jalanilah sebagaimana
tuntunan agama.

“Ci,
maukah kau membuktikan ketulusan cintamu padaku” ? ucap Bayu malam
itu. Ya bayu lebih suka memanggilku Cici walau orang tua dan
teman-temanku lebih sukua memanggilku Citra. Aku kaget mendengar
pertanyaan Bayu. Malam itu Papa dan Mama lagi Dinas Luar Kota.
Sedangkan Kakak Sulungku Anti lagi betandang ke tempat temannya.

“Maksud
Kamu” ? Tanyaku bloon

“Mau
gak.??” kejar Bayu sambil memindahkan chanel TV dari stasiun satu
ke stasiun lain.

Itulah
awal mala petaka itu. Malam itu kami habiskan waktu berdua. Kami
bercanda, bercumbu, dan tertawa. Tidur satu rumah dan satu kamar.
Kakakku entah alasan apa harus nginap di tempat temannya.

Sejak
malam itu, hidupku seakan tak berarti. Tawa malam itu terasa hampa
dan getir. Sesuatu yang sangat berharga telah aku serahkan sia-sia.
Hampir sebulan lamanya setiap hari aku menangis. Andai gulingku bisa
bicara, pastilah ia akan membujukku. Penyesalanku tiada tara. Tapi
dibalik kegalauan itu, aku masih bisa bersyukur aku tidak sampai
hamil. Tidak satu orang pun tahu apa yang telah terjadi denganku
kecuali Bayu. Tidak juga papa dan mama.

Janji
yang pernah terucap ternyata hanyalah tipuan belaka. Sejak
keberangkatannya ke Malaysia tuk melanjutkan kuliah, Bayu tidak
sekalipun menghubungiku. Tak ada surat, tak ada e-mail, tak ada SMS,
titip salam pada angin pun tidak. Bayu hilang ditelan dustanya.

Hidupku
pun dari tahun ke tahun semakin hancur dibalik ketidaktahuan
keluargaku. Beberapa kali aku ganti pacar dan beberapa kali pula aku
menyerahkan tubuh dan jiwaku. Semua yang mereka minta sudah aku beri
walau yang aku dapat tak lebih dari sebuah kecewa. Air mata tak lagi
cukup menjadi ukuran betapa pedih dan menyesalnya aku ketika aku
sadar telah ditiduri beberapa lelaki. Ya Allah Ampunilah Dosaku.

“Citra,
kok kamu menangis seperti anak kecil begitu? Novelnya sedih ya ?
Sejak kapan kamu suka baca novel?” Pertanayaan Mama bertubi-tubi
membayarkan lamunanku. Aku baru sadar air mataku telah mengalir
membasahi lembaran novel di pangkuanku.

“Oh…..
Mama. Gak kok ma.. penasaran aja ama novel ini soale anak-anak di
kampus pada bicara novel ini. Katanya bagus banget….” Kata ku
terputus sambil menyeka air mata.

“Terus..,
emang bagus..ya.? jadi kamu mulai suka baca novel nih…? kalo gitu
minggu depan Mama ke Jakarta, pasti mama beliin novel yang
bagus-bagus. Oke. Udah masuk sana, udah magrib ni” Mama pun berlalu
meninggalkanku. Aku juga bangga ama mama yang selalu mencurahkan
segala perhatiannya walau terkadang harus dibatasi oleh segala
kesibukannya. Secara materi, kehidupan keluarga kami berkecukupan.
Kami dua bersaudara. Papa dan Mama Pejabat Provinsi.

“Fahri…
Fahri.” …. Gumamku sambil melangkah ke kamarku dan menaruh novel
itu di atas spring bed. Masih tersisa beberapa halaman lagi.

Sebelum
aku melangkah meninggalkan kamarku, HP Ku berdering tanda SMS Masuk.
Aku ambil, dan aku merebahkan diri di sisi tempat tidur kesayanganku.
Aku buka dan ada 2 SMS yang baru saja masuk dari nomor yang sama.

“Citra,
Life is Like Playing a Game!!” SMS Pertama aku baca.

“Citra,
hidup itu sepenuhnya ada di dalam genggaman tangan kita sendiri
selain di dalam kekuasaan Allah. Masa lalumu nan kelabu hanyalah
sepenggal kisah kehidupan. Tidak perlu kau tangisi, apa lagi kau
sesali. Kuburlah kenangan pahit itu dalam-dalam dan jangan pernah
dibongkar lagi. Citra yang manis … hidup itu ibarat bermain dan
berlomba, kadang kalah, kadang kala menang. Citra … kalo kamu mau
menang, siapkan strategi permainanmu dengan baik. Hidup kita melaju
ke depan, bukan ke belakang ! Tataplah masa depanmu.! Ok. Semangat
ya….”. Dua SMS itu dari pemuda yang menyebut dirinya Andra. Kami
belum pernah bertemu.

Perkenalan
kami melalui SMS memang masih misterius. Entah dari mana dia dapat
nomor handphoneku. “Dari langit..!” katanya kala kutanya waktu
itu. Tapi walau lewat SMS aku mulai kagum padanya. Kata-katanya penuh
nasehat tapi aku tidak merasa digurui.

“Bang
kapan kita bisa ketemuan..?” Tanyaku seminggu setelah kami saling
SMS. Aku memanggilnya Abang walau aku tak tahu pasti umurnya berapa.

“Terkadang
pertemuan kata dan jiwa jauh lebih bermakna dari pada pertemuan raga”
balasnya. Aku pun kehabisan cara untuk memintanya.

Seperti
apa Andra ? entahlah, paling tidak sejak SMS pertama hingga hari ini
aku merasa terlahir kembali. Aku diberi energi yang sangat besar oleh
Fahri dan Andra.. Fahri tokoh ideal cowok impianku dan Andra cowok
misterius anugerah Tuhan pembangkit semangatku.

Pernah
aku bertanya pendapatnya tentang makna kesucian untuk malam pertama
bagi seorang cowok. Ia balas SMS ku.

“Citra,
kesucian yang diharapkan pada malam pertama itu sesungguhnya adalah
kesucian roh dan jiwa kedua insan itu. Kesucian roh dan jiwa keduanya
untuk menutup masa lalu dan membuka babak kehidupan yang baru. Untuk
apa kau serahkan kesucian dan perawanmu dimalam pertama tapi
dimalam-malam selanjutnya kau lacurkan roh dan jiwamu kepada orang
lain. Kau kotori jiwamu dengan kebencian pada suamimu. Kau lacurkan
cinta dan sayangmu hingga tak kau serahkan pada anak-anak mu. Kau
lacurkan keiklasan mu hingga tak kauberikan pada pelayanan dan
pengabdian pada suami mu. ….. untuk apa” ?

Aku
bagai mendapat setetes embun bening ditengah gersangnya jiwaku. Aku
semakin sadar bahwa hilanggnya kesucianku beberapa tahun silam bukan
alasan bagiku untuk menghancurkan mimpi-mimpi. Aku berjanji akan
bangkit dengan segenap jiwaku.

  Akankah
Andra Jelmaan Fahriku ?
Komentar Facebook
0 Komentar Blogger
Terima kasih sudah memasang link dibawah ini sebagai sumbernya Read more: http://denisaremania.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar