Ketika Cinta Membelah | Cerpen
mencintai sifatnya yang alami, dan saya menyukai
perasaan hangat yang muncul ketika saya
bersender di bahunya yang bidang. Tiga tahun
dalam masa kenalan dan bercumbu, sampai
sekarang, dua tahun dalam masa pernikahan,
harus saya akui, saya mulai merasa lelah dengan
semua itu.
Alasan saya mencintainya pada waktu dulu,
telah berubah menjadi sesuatu yang melelahkan.
Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-
benar sensitif serta berperasaan halus. Saya
merindukan saat-saat romantis seperti seorang
anak kecil yang menginginkan permen. Dan
suami saya bertolak belakang dari saya, rasa
sensitifnya kurang, dan ketidakmampuannya
untuk menciptakan suasana yang romantis di dalam pernikahan kami telah mematahkan harapan
saya tentang cinta.
***
Suatu hari, akhirnya saya memutuskan untuk mengatakan keputusan mahaberat saya
kepadanya. Saya menginginkan perceraian!
"Mengapa?" Dia bertanya dengan terkejut. "Ada orang ketiga?!"
Saya menggeleng. "Saya lelah. Terlalu banyak alasan yang tak akan pernah kamu pahami,"
jawab saya.
Dia terdiam dan termenung sepanjang malam dengan rokok yang tidak ada putus-putusnya.
Kekecewaan saya semakin bertambah. Seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan
perasaannya, apalagi yang saya bisa harapkan darinya?
Dan akhirnya dia bertanya seolah dapat membaca alam pikiran saya. "Apa yang dapat saya
lakukan untuk mengubah pikiranmu?"
Seorang bijak pernah berkata, mengubah kepribadian orang lain sangatlah sulit. Mungkin itu
benar. Saya pikir, saya mulai kehilangan kepercayaan dan kesabaran diri bahwa saya bisa
mengubah pribadinya menjadi seorang yang romantis seperti obsesi saya selama ini. Dan tidak
ada cara lain untuk mengakhiri semuanya itu dengan perceraian!
Di dalam kekecewaan dan putus asa, saya menatap dalam-dalam matanya dan melontarkan
tanya. "Saya punya pertanyaan untukmu. Jika kamu dapat menemukan jawabannya yang ada di
dalam hati saya, mungkin saya akan berubah pikiran. Seandainya, katakanlah saya menyukai
setangkai bunga yang ada di tebing gunung, dan kita berdua tahu, jika kamu memanjat gunung
itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?"
Dia berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."
Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Dia seperti laki-laki yang tidak memiliki
hati. Dia meninggalkan saya sendiri, tepekur dengan pertanyaan-pertanyaan saya yang serupa
mistis.
*** Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya melihat
selembar kertas dengan coret-coretan tangannya, di bawah sebuah
gelas kristal kosong, yang bertuliskan:
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu. Tapi
izinkan saya untuk menjelaskan alasannya."
Sebaris kalimat pertama tadi menghancurkan hati saya. Saya
mencoba untuk kuat melanjutkan membacanya kembali....
"Suatu ketika, saat kamu mengetik di komputer dan tanpa
sengaja telah mengacaukan program di PC, dan akhirnya menangis
di depan monitor karena semua data kamu hilang, maka saat itu pula
saya akan datang membantu kamu. Saya akan berusaha semaksimal
mungkin untuk memperbaiki program komputer itu, dan
mendapatkan data kamu yang hilang tersebut."
Saya menyimak dengan hati belah.
"Suatu ketika, saat kamu keluar dan lupa membawa kunci rumah, saat itu saya harus pulang
dari kantor untuk sekedar mendobrak pintu rumah dengan cara menendangnya, supaya kamu
bisa masuk dan tidak membiarkanmu menunggu saya pulang kantor berjam-jam di luar rumah."
Kalimat ketiga tadi mulai menggugah saya dalam haru.
"Suatu ketika, saat kamu jalan-jalan ke luar kota dan nyasar di tempat baru yang kamu
kunjungi itu, maka saat itu saya begitu panik dan nyaris gila mencarimu. Saat menemukanmu,
saya seperti menemukan sebuah permata yang tidak dapat saya gambarkan nilainya. Saya
memelukmu, dan rasa-rasanya tidak ingin melepaskan kamu saat itu."
Sepasang pelupuk mata saya memanas.
"Suatu ketika, saat kamu selalu pegal-pegal setiap 'kedatangan tamu' pada setiap bulannya,
maka saat itu pula atas inisiatif saya sendiri, saya akan memijat kakimu yang pegal meskipun
saya sudah mengantuk dan bahkan tertidur."
Bibir saya bergetar.
"Suatu ketika, saat kamu sedang diam dan sendirian di rumah karena kita belum dikaruniai
seorang anak, maka saya akan meriuhkan suasana 'keterasinganmu' dengan menjaring dan
merangkai cerita supaya kamu tidak kesepian. Saya akan membanyol supaya kamu ceria di
dalam senyum atau tawa lucu, meskipun saat itu saya masih lelah dan penat sehabis pulang kerja
dari kantor."
Tubuh saya mulai menggemetar.
"Suatu ketika, saat kamu asyik dan lama menatap monitor komputer, maka saat itu saya akan
menegurmu untuk beristirahat, dan mengatakan kalau terlalu lama di depan layar monitor tidak
baik untuk kesehatan matamu. Dan sejak saat itu pula, saya berikrar untuk harus menjaga
kesehatan mata saya sehingga kelak kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan
kukumu dan mencabuti ubanmu. Saya akan memegang tanganmu, menelusuri pantai, menikmati
sinar matahari dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga kepadamu yang bersinar
seperti wajah cantikmu...."
Kerongkongan saya memerih.
"Sayang, saya yakin ada banyak orang yang mencintaimu lebih dari cara saya mencintaimu.
Tapi saya tidak akan mengambil bunga di tebing gunung itu, seperti yang kamu inginkan, kalau
toh pada akhirnya bunga itu akan mati layu...."
Airmata saya sudah menggumpal dan sedikit meruap di pinggir pelupuk mata.
"Saya hanya ingin memberimu cinta, cinta yang tak akan pernah layu meski mungkin cinta itu tidak dapat kamu lihat sebagai sebuah keindahan. Keindahan seperti bunga. Keindahan
seperti harum melati dan mawar. Tapi demikianlah saya yang apa adanya. Yang hanya memiliki
niat sederhana untuk membahagiakan kamu dengan cara saya, cara yang mungkin bagi kamu
tidak romantis. Ya, tidak romantis dan begitu menjenuhkan. Tapi saya yakin cinta saya ini akan
abadi, dan tidak akan layu seperti keindahan bunga yang sekejap layu lalu mati."
Airmata saya sudah menetes dan jatuh ke atas kertas tulisannya. Saya berusaha untuk
menahan tangis, namun tidak bisa. Buncah sesal seperti menohok hati saya telak-telak. Saya
memang tak pandai mengartikan cinta yang sejati. Cinta tulus yang telah diberikan suami saya
dengan caranya sendiri.
"Sayang, sekarang setelah selesai membaca jawaban saya, kamu berhak memilih dan
menentukan jalan hidup kamu. Tak ada paksaan. Namun jika kamu dapat menerima cinta cara
saya yang apa adanya, seperti yang telah saya persembahkan kepada kamu selama ini, tolong
bukalah pintu rumah kita. Sekarang, saya sedang berdiri di sana dengan susu segar dan roti
kesukaanmu...."
Saya segera membuka pintu, dan melihat wajahnya yang dulu sangat saya cintai. Matanya
tampak merah dan berkaca-kaca, berdiri dengan sikap tegar sembari memegang nampan berisi
segelas susu segar dan beberapa roti iris dalam piring.
Saya tidak kuat lagi, memeluknya dan merebahkan kepala saya di bahunya yang bidang
sambil menangis.
1 komentar:
- Anonim mengatakan...
-
butuh b.o aman? diskon besar ? terpercaya? deposit murah?
disini aja bos !
" togelpelangi.com "
PREDIKSI AKURAT DIJAMIN JP RANDOM(4D 3D 2D)
1 MINGGU 4X
HANYA UNTUK MEMBER SETIA KAMI
kenapa harus togel pelangi?
ya karena togel pelangi memberikan ;
- Diskon pemasangan besar
- Deposit murah = 20.000 / wd ; 20.000
- CS 24 jam
- Prediksi terakurat dan lengkap
- Berapapun jumlah kemenangan dibayar
- Online Game Betting toto fair 100%
- Jackpot Besar (Lansung diundi, Syarat cuma betting seperti biasa)
Sudah ada 10juta member dan bandar darat yang main di togel pelangi
hasilnya ?
Puas dengan pelayanan super cepat (Fast respon)
aman dan nyaman
yang ga bisa main
jadi jago JP terus ,
Nah kamu kapan lagi bos :D
info kontak :
D8E23B5C ( BBM )
togelpelangi (LINE )
+85581569708 ( WhatApps )
togelpelangi (WeChat )
LIVE CHAT 24 JAM ( http://www.togelpelangi.com/ )
Daftar : http://www.togelpelangi.com/daftar
Promo Jackpot ( HOTTT ) : http://www.togelpelangi.com/promo
Become a smart Player in Online Gaming (y) - 13 Agustus 2017 pukul 04.32