Terima kasih sudah memasang link dibawah ini sebagai sumbernya Read more: http://denisaremania.blogspot.com/
RSS

Isu Kiamat 2012 | Artikel

(Artikel)Isu tentang Kiamat yang katanya bakal terjadi di tahun 2012 pertama kali kudengar di acara Extravaganza, waktu itu yang menjadi bintang tamu adalah paranormal terkenal Mama Lauren. Pertanyaan yang disampaikan oleh si pembawa acara tentang isu "Kiamat 2012" yang sedang marak di dunia maya dan bahkan ada bukunya tersebut dijawab Mama Lauren dengan mengatakan bahwa ilmu penerawangan (penglihatannya) tidak bisa menembus tahun 2013, semuanya seperti terhalang dan gelap, bakal terjadi bencana besar yang akan membinasakan separuh lebih umat manusia.


Sebagai seorang muslim kita percaya bahwa kiamat pasti akan terjadi. Kapan terjadinya? Hanya Allah SWT Yang Maha Tahu. Kita hanya tahu lewat tanda-tanda akan datangnya hari Kiamat itu. Pada manuskrip peninggalan suku Maya yang tinggal di selatan Meksiko atau Guatemala yang dikenal menguasai ilmu Falak, disebutkan bahwa kiamat akan terjadi pada 21 Desember 2012. Disebutkan juga pada waktu itu akan muncul gelombang galaksi yang besar-besaran sehingga mengakibatkan terhentinya semua kegiatan di muka Bumi ini.


 




Kiamat Hanya Ilmu Allah

Ramalan akan adanya kiamat pada 2012 dari suku Maya sebenarnya belum diketahui dasar perhitungannya. Tetapi issu ini sudah menyebar luas lewat media Internet. Sebagai Muslim, saya hanya yakin bahwa Kiamat ada dan PASTI akan datang. Dan waktunya, kita tidak ada yang tahu, apalagi sampai menyebut tanggal.

Tentang waktu, kapan kiamat terjadi, ummat Islam hanya diberi sign, berupa tanda2 datangnya kiamat. Bila tanda-tanda sudah ada, maka hari yang dimaksud memang sudah dekat. Tetapi tepatnya kapan, kembali ke konsep dasar, Ummat Islam tidak ada yang boleh menyebut waktu, baik hari, tanggal, bulan maupun tahun

Tanda-Tanda Kecil, datangnya Kiamat
:

Dari Dakwatuna saya dapatkan, bahwa tanda-tanda kiamat kecil terbagi menjadi dua: Pertama, kejadian sudah muncul dan sudah selesai; seperti diutusnya Rasulullah SAW., terbunuhnya Utsman bin ‘Affan, terjadinya fitnah besar antara dua kelompok orang beriman. Kedua, kejadiannya sudah muncul tetapi belum selesai bahkan semakin bertambah; seperti tersia-siakannya amanah, terangkatnya ilmu, merebaknya perzinahan dan pembunuhan, banyaknya wanita dan lain-lain.

Pembunuhan John Fitzgerald Kennedy | Artikel

(Artikel)Sejumlah dokumen dan transkrip pembicaraan tentang rencana pembunuhan Presiden John Fitzgerald Kennedy (JFK) ditemukan. Akankah misteri dan dalang pembunuhan itu terungkap?
Ruby Carousel Club, Dallas, Amerika Serikat (AS), pada 4 Oktober 1963, terjadi sebuah pembicaraan penting soal konspirasi pembunuhan. Jack Ruby selaku pemilik Ruby Carousel Club dan Lee Harvey Oswald berdebat rencana besar untuk “membersihkan” John F Kennedy.

Keduanya berdebat keras dengan kata-kata tajam dan penuh ketegangan.
Lee: Banyak cara untuk membersihkan dia (Jaksa Agung Robert Kennedy) tanpa harus membunuhnya?
Ruby: Bagaimana caranya?
Lee: Saya bisa menembak saudaranya.
Ruby: Maksudmu Tuan Presiden.
Lee: Betul,Tuan Presiden.
Ruby: Namun, tindakan itu tidak patriotik.

Pada pembicaraan yang tegang tersebut Lee menyatakan akan membunuh semua keluarga Kennedy serta membutuhkan senapan dan gedung yang tinggi. Kemudian, dalam pembicaraan itu, Ruby berkata, “Kamu terlalu banyak mengajukan pertanyaan. Ingat, mereka tahu apa yang kamu rencanakan, tapi kamu tidak tahu mereka. Mereka selalu mengawasimu…”.

Sebulan kemudian, tepatnya 22 November 1963, JFK tewas ditembak saat melakukan kunjungan ke Dallas. JFK yang menggunakan mobil Ford Convertible (atap terbuka) itu tewas seketika begitu dua peluru menghantam leher dan kepalanya, saat iring-iringan kendaraannya melintas tepat di depan Texas Scholl Book Depository. Lee Harvey Oswald belakang diduga sebagai pelaku penembakan terhadap JFK.

Sementara itu, Jack Ruby adalah orang yang menembak mati Lee ketika berhasil ditangkap polisi. Kematian Lee yang belum pernah dihadapkan ke pengadilan membuat kematian JFK menjadi misteri. Namun,kini terungkap adanya hubungan antara Lee dan Ruby.

Hal itu setelah ditemukannya dokumen berisi transkrip pembicaraan keduanya. Dokumen penting yang telah tersimpan selama empat dekade di pengadilan Dallas itu ditemukan di antara tumpukan kertas dalam beberapa kardus yang disimpan di lantai 10.

Jaksa Dallas County Craig Watkins menyatakan, dokumen ini bukan termasuk kategori rahasia. Sebab, di dalam kotak itu banyak dokumen berisi transkrip rencana pembunuhan JFK yang dikumpulkan sejak 1963.

Indonesia Punya 8 Presiden, Bukan 6 | Artikel

(Artikel)Mungkin masih banyak dari sobat-sobat yang beranggapan bahwa Indonesia hingga saat ini baru dipimpin oleh enam presiden, yaitu Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan kini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Namun hal itu ternyata keliru. Indonesia, menurut catatan sejarah, hingga saat ini sebenarnya sudah dipimpin oleh delapan presiden. Lho, kok bisa? Lalu siapa dua orang lagi yang pernah memimpin Indonesia?

Dua tokoh yang terlewat itu adalah Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat. Keduanya tidak disebut, bisa karena alpa, tetapi mungkin juga disengaja. Sjafruddin Prawiranegara adalah Pemimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) ketika Presiden Soekarno dan Moh. Hatta ditangkap Belanda pada awal agresi militer kedua, sedangkan Mr. Assaat adalah Presiden RI saat republik ini menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (1949).


Pada tanggal 19 Desember 1948, saat Belanda melakukan agresi militer II dengan menyerang dan menguasai ibu kota RI saat itu di Yogyakarta, mereka berhasil menangkap dan menahan Presiden Soekarno, Moh. Hatta, serta para pemimpin Indonesia lainnya untuk kemudian diasingkan ke Pulau Bangka. Kabar penangkapan terhadap Soekarno dan para pemimpin Indonesia itu terdengar oleh Sjafrudin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran dan sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Ketika Cinta Membelah | Cerpen

(Cerpen)Suami saya adalah seorang insinyur. Saya
mencintai sifatnya yang alami, dan saya menyukai
perasaan hangat yang muncul ketika saya
bersender di bahunya yang bidang. Tiga tahun
dalam masa kenalan dan bercumbu, sampai
sekarang, dua tahun dalam masa pernikahan,
harus saya akui, saya mulai merasa lelah dengan
semua itu.
Alasan saya mencintainya pada waktu dulu,
telah berubah menjadi sesuatu yang melelahkan.
Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-
benar sensitif serta berperasaan halus. Saya
merindukan saat-saat romantis seperti seorang
anak kecil yang menginginkan permen. Dan
suami saya bertolak belakang dari saya, rasa
sensitifnya kurang, dan ketidakmampuannya 
untuk menciptakan suasana yang romantis di dalam pernikahan kami telah mematahkan harapan
saya tentang cinta. 
*** 
Suatu hari, akhirnya saya memutuskan untuk mengatakan keputusan mahaberat saya
kepadanya. Saya menginginkan perceraian!
      "Mengapa?" Dia bertanya dengan terkejut. "Ada orang ketiga?!"
      Saya menggeleng. "Saya lelah. Terlalu banyak alasan yang tak akan pernah kamu pahami,"
jawab saya.
      Dia terdiam dan termenung sepanjang malam dengan rokok yang tidak ada putus-putusnya.
Kekecewaan saya semakin bertambah. Seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan
perasaannya, apalagi yang saya bisa harapkan darinya?
      Dan akhirnya dia bertanya seolah dapat membaca alam pikiran saya. "Apa yang dapat saya
lakukan untuk mengubah pikiranmu?"
      Seorang bijak pernah berkata, mengubah kepribadian orang lain sangatlah sulit. Mungkin itu
benar. Saya pikir, saya mulai kehilangan kepercayaan dan kesabaran diri bahwa saya bisa
mengubah pribadinya menjadi seorang yang romantis seperti obsesi saya selama ini. Dan tidak
ada cara lain untuk mengakhiri semuanya itu dengan perceraian!

Kisah Cinta Tak Berjudul | Cerpen

(Cerpen)Aku duduk termenung menatap hamparan semburat
jingga, langit masih menyisakan sisa-sisa hujan sore
tadi. Udara dingin mengusap lembut punggung kala
aku sedang duduk di sebuah taman, pada sudut kota
Bandung. Sudah berbatang-batang rokok aku
habiskan, tapi rasanya mulut ini masih sepat, belum
puas juga. Sama seperti hati ini yang belum lelah
mengenangmu. 
Kutulis namamu di dahan pohon yang ada di
sampingku. Nama yang sanggup membuat hati ini
luruh, nama yang sanggup membuat bibir ini
tersenyum.
Ester apakah kamu masih seperti dulu?! 
Angin berhembus kencang, membawaku pada
kenangan beberapa tahun silam di sebuah taman
saat matahari bersinar dengan teriknya. Kita duduk
di bawah pohon, berbagi tawa dan cerita. 
"Panas banget ya, Cui? Kok tidak ada angin ya?"
tanyamu. 
"Coba deh kamu bersiul." Aku melihat wajahmu mengernyit lucu, mencoba menerka kalimat tak
logisku. Apa hubungannya antara bersiul dengan angin? 
"Memangnya apa hubungannya?" tanyamu, menderai tawa di akhir kalimat. 
"Bersiul itu bisa manggil angin," jawabku. "Waktu aku kecil, kalau main layangan dan tidak ada
angin, aku pasti bersiul. Dan tidak lama kemudian, pasti anginnya datang." 
Ester menatapku dengan senyum. "Coba dong kamu siul, aku kan tidak bisa," pintamu. 
Ketika itu, aku pun langsung bersiul. Dan, entah kebetulan atau tidak, tak lama berselang angin
pun berhembus kencang. Lantas kamu memekik gembira, dan memandangku takjub seolah aku
memiliki kekuatan magis atau gaib. Aku senang melihat wajahmu saat itu. 
Polos seperti bayi. 
Bersih seperti baru terlahir.... 

Cinta yang Sempat Terbagi | Cerpen

(Cerpen)Ucapan salam yang disusul oleh ketukan pintu itu membangunkan Ale dari tidurnya. Ia
lalu melangkah, karena suara itu amat dikenalnya.
Pintu terkuak. Seorang gadis manis dengan bola
mata indah berdiri di hadapan Ale.
Ada senyum. "Kata Mbak Ratih, kamu tadi ke
rumah?" 
Ale mengangguk sambil membalas senyum gadis
itu.
"Maaf ya, Le. Ada eskul tadi di sekolah, jadinya
pulang agak terlambat."
"Sudahlah. Kamu masuk dulu, No. Ceritanya nanti saja di dalam."
Ale melebarkan daun pintu. Retno melangkah masuk tanpa kata.
"Pulang sekolah, kamu langsung kemari?" tanya Ale, setelah
mereka duduk.
Retno mengangguk, Ia menarik napas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan.
Tampak lelah, raut wajahnya. Ale memandang gadisnya itu. Saya sayang kamu, No,
gumam hatinya.
Ale tersenyum dan menggeleng pelan.
"Selesai eskul tadi, saya disuruh mengawasi anak kelas satu dan kelas dua yang lagi pada latihan
paskibra. Awalnya sih saya menolak, karena saya ada janji dengan kamu. Tapi, Pak Indra
mendesak saya agar mengawasi sekaligus memberi pengarahan kepada anak-anak tersebut.
Beliau bilang, sayalah yang lebih mengerti tentang paskibra. Ya, sudah. Akhirnya saya nggak
bisa menolak."
"Saya mengerti, No," kata Ale. "Saya malah bangga kamu banyak kegiatan. Ke toko buku dan
nonton, itu kan masih banyak waktu."
Retno tersenyum. "Makasih, Le, kamu mau ngertiin saya."

Cinta Telah Berdebu | Cerpen

(Cerpen)Untuk pertama kali aku menyusuri pantai dengan
hati belah. Jajaran perahu nelayan kehilangan
pesona. Panorama senja dan anak-anak pesisir
pun menyingkir dari perhatian. Betapa pun
mereka pernah kau himpun dalam rencana
idealmu, meski kau tahu: alangkah susah 
mengubah nasib yang telah menjadi garis hidup mereka di perkampungan tepi laut ini. 
Kira-kira di sini, lima tahun silam, mataku memandang punggungmu tanpa sengaja. Aku
mengawasi tanganmu menari di depan kanvas, hanyut oleh ekspresi goresanmu. Sampai kau
menoleh dan terkejut.
"Kau sungguh berbakat melukis," ujarku tulus.
Alismu terangkat, tak percaya. "Aku... aku hanya belajar," kudengar suaramu gugup. "Aku hanya
memindahkan apa yang kulihat."
"Tapi gambarmu hidup," pujiku sungguh-sungguh.
"Dengan warna-warna mentah begini?"
"Tentu karena belum jadi. Nampaknya kau berlatih sendiri, ya?"
"Ya. Kusadari betul, dalam darahku tak mengalir bakat seni...."
"Kau berbakat!" sanggahku. "Kau paham tentang lukisan, sayang kalau tak dikembangkan. Ingin
aku memperkenalkanmu pada Kak Yudhis."
"Kak Yudhis? Siapa dia?" Alismu nyaris bertaut.
"Dia pelatihku di Teater Merah Putih. Juga seorang pelukis yang memiliki sanggar. Kau bisa
belajar melukis di sana."

Cinta Rafli Laki-laki Biasa | Cerpen

(Cerpen)Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar,
keheranan yang terjadi bukan semata miliknya,
melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama,

kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka
ternyata sama herannya.

"Kenapa?" tanya mereka di hari Nania mengantarkan
surat undangan.

Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di
kantin
menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu.
Suasana sore di kampus sepi.
Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu
matanya
berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya
sibuk merangkai kata-kata yang barangkali
beterbangan
di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka.
Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari
sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan?
menyadari, dia tak punya kata-kata!

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak
jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia
menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di
kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara
mendadak gagap.
Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania
menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya.
Arisan
keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena
semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga,
sebab
kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta
buntut mereka.

"Kamu pasti bercanda!"
Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di
wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak
nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama
membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika
mengira Nania bercanda.

Permintaan Terakhir | Cerpen

(Cerpen)Udara siang ini terasa sangat panas. Sepertinya sekarang sedang puncaknya
musim panas. Ini adalah hari ketiga suhu Kairo seakan memanggang para penghuninya.
Menurut perkiraan cuaca tadi malam, dalam empat hari ini kota Kairo akan tetap bertahan
dengan suhu seperti ini. Hawa panas tidak saja menyerang dari arah atas, tapi panas yang
dipantulkan oleh bumi tak kalah hebatnya. Nafas ini terasa sesak, tubuh terasa lunglai tak
bertenaga. Keringat bermunculan dari segenap pori-pori. Sehingga badan terasa basah
dan lengket. Duh, sangat menggerahkan.
Sudah setengah jam aku duduk di halte yang terlihat sudah tua ini. Selama itu
pula aku terus berjuang melawan panasnya cuaca kota ini. Sesekali kukeluarkan tisu dari
tas jenjenganku untuk mengelap mukaku yang tak ubahnya seperti pabrik minyak.
Namun bus yang akan membawaku ke Hay Asyir belum juga muncul.
Ingin rasanya berbetahan di rumah Widia yang pakai penyejuk ruangan, tempat
aku nginap beberapa hari ini. Tapi rasa rinduku pada teman-teman di rumah membuatku
memilih berpanas-panasan menunggu mobil di sini. Sudah tiga hari aku tak
menampakkan batang hidungku di rumah. Seminggu ini aku sangat sibuk. Aku termasuk
panitia acara talk show yang diadakan WIHDAH. Aku dapat tugas diperlengkapan. Jadi
aku harus selalu stand by kalau ada yang diperlukan. Makanya aku nginap di rumah
Widia karena berada satu kawasan dengan Wisma Nusantara, tempat acara tersebut
diadakan.
Sekarang acara itu telah selesai. Tugasku sebagai panitia perlengkapan berakhir
sudah. Semalam lansung diadakan rapat pertanggungjawaban dan pembubaran panitia.
"Aku bebas!" sorak batinku.

Dilarang Jatuh Cinta | Cerpen

(Cerpen)Semua mata terbelalak -- berpusat kepada laki-laki yang berdiri persis di atas atap gedung berlantai 33, siap untuk bunuh diri. Sejumlah polisi sibuk mengamankan lokasi yang dipenuhi orang-orang yang ingin menyaksikan peristiwa tragis itu secara langsung, dengan berbagai ekspresi yang tak kalah seru. Ada yang bergidik, ada yang terbelalak histeris, ada juga yang terkagum-kagum. Situasi heboh itu melumpuhkan lalulintas. Beberapa polisi sibuk berdebat dan stres -- mencari solusi bagaimana mencegah orang sableng itu agar tidak mewujudkan kegilaannya. Ada juga polisi yang langsung menghubungi pihak rumah sakit untuk segera mengirimkan ambulans. Mengapa ada yang ingin bunuh diri?Silakan tanya kepada para penduduk di sebuah negeri yang sedang dilanda cinta, atau kepada seorang laki-laki muda yang tampan, yang kini berdiri gagah dan tenang di bibir gedung pencakar langit, dan siap terjun bebas. Padahal, embun masih terjun ke bawah ketika polisi yang memanjat baru mencapai setengah gedung. Orang-orang pun berteriak histeris. Dan, lihatlah, seperti tubuh yang bunuh diri pertama, wanita itu juga melayang-layang ke bawah. Dari tubuhnya, satu per satu tumbuh bunga-bunga yang mekar. Dan, begitu tiba di tanah, tubuhnya telah menjelma sebatang pohon bunga beraneka rupa. Di pucuk bunga terselip kertas yang bertulis, ''Kubuktikan cinta dengan kepasrahan!'' Belum habis keterkejutan orang-orang, kembali terdengar teriakan seseorang, ''Lihat! Di atas gedung bertingkar 52 sana juga ada yang hendak bunuh diri!''Semua terperangah, berteriak ngeri. ''Kegilaan apa lagi ini?!''''Lihat! Di gedung 67 tingkat itu juga!''''Lihat! Di gedung warna kelabu ungu bertingkat 73 itu juga!''''Lihat! Di atas menara pahlawan itu juga!'' Semua menggigil seputih kapas di ujung ilalang. Bahkan angin pun beringsut ketakutan. Sebab, hari itu lebih sepuluh orang melakukan bunuh diri dengan cara yang sama (melompat dari atas gedung bertingkat) dan motif yang sama atau hampir sama. Mungkinkah cinta yang menciptakan semua tragedi yang mencemaskan ini? Peristiwa itu mencengangkan semua orang, sekaligus menimbulkan rasa takut dan khawatir yang hebat. Dan peristiwa ini menjadi topik utama di mana-mana, dari kedai kopi, kafe hingga hotel berbintang, terutama menjadi headline koran-koran terkemuka. Berbagai kalangan pengamat memberi komentar dan tanggapan, dari psikolog hingga pengamat sepakbola. Ternyata, hari demi hari, peristiwa bunuh diri itu tiada henti, terus-menerus terjadi.

Surat Dalam Hujan | Cerpen

(Cerpen)Selalu demikian di bulan Nopember ini. Hujan benar-benar mewarnai hari. Sore. Ya, pukul empat lebih, hujan seperti pantulan manik-manik kaca menderas seketika dengan anggunnya. Aku menyesal, sumur di luar pasti akan keruh lagi airnya, mestinya diberi atap nanti. Hujan. Aku duduk di sini, dekat jendela kaca memerhatikan curahan air yang mengguyur serentak dari udara. Seperti apakah bunyinya? Di atas atap, di dedaunan, di tanah becek, bahkan di kolam ikan yang berderet nun di luar? Aku tak tahu. Sunyi. Kecuali gelegar petir yang menghantam bumi. Ya, hanya itu yang kurasakan. Aku ingat kamu. Aku suka hujan, aku suka suasananya yang begitu kontemplatif. Kurasakan ekstase tertentu jika hujan. Memberiku inspirasi untuk menulis puisi. Bahkan juga menulis surat untukmu dalam suasana hujan kupikir cukup romantis, meski isinya terkadang bernada humor yang ironis. Aku rindu suratmu. Yang selalu hangat dan menggembirakan, simpel dan terkadang menggetarkan. Namun mungkin kamu sudah kecewa dengan kenyataan yang kuungkapkan dalam suratku yang barusan kukirimkan. Mungkin kamu kebingungan dan terpaksa bertanya pada orang yang kebetulan pernah bertemu denganku, entah Mas Herwan FR atau Agus Kresna, meski ada yang merasa tak berhak untuk mengatakan apa-apa karena aku sudah memintanya agar jangan dulu mengabarkan kehadiranku pada orang-orang untuk suatu alasan. Dan rentetan kemungkinan lainnya mengendap dalam benakku. Namun aku harap kamu benar-benar cukup dewasa untuk menerima realita dalam hidup yang penuh ketakterdugaan.
Aku kesepian. Apa yang kulakukan. Duduk di kursi sembari mengangkat kaki, dan di rumah hanya ada aku sendiri. Aku membayangkan kamu. Sosok yang tak pernah kutemui. Hanya foto yang kamu kirimkan melengkapi imajinasi: seorang lelaki gondrong yang menarik, dan merasa dirinya secara psikologis sudah dewasa dalam usia 23 tahun. Heran, di luar belasan burung entah apa namanya berseliweran dalam guyuran hujan begini, apa yang mereka cari? Barangkali kamu lebih tahu ekologi dan mau berteori? Aku kedinginan. Aliran listrik padam. Barangkali segelas teh manis panas bisa menghangatkan tubuhku. Apakah di Bandung saat ini sedang hujan juga, dan kamu tengah bagaimana? Mengisap A Mild ditemani secangkir kopi panas? Menulis puisi, cerpen, esai, surat, atau tugas mata kuliah? Di kampus, di rumah, atau di suatu tempat entah? Membaca diktat, buku tertentu, karya sastra, atau komik? Di depan monitor komputer, mengobrol, atau nonton TV? Mendengarkan The Doors atau Ebiet G. Ade? Tidur atau makan? Salat Asar atau menggigil kehujanan? Atau mengguyur badan di kamar mandi? Atau tak melakukan apa-apa sama sekali? Cuma Tuhan yang tahu. Relasi yang aneh, katamu, karena lewat surat. Lalu kamu menyuruhku belajar internet biar bisa bikin e-mail dan tak perlu ke perpustakaan konvensional.